Image atau
Citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di
dalam benak seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila
kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya.
Bill Canton mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik
terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek,
orang atau organisasi.
Menurut Philip Henslowe, citra adalah kesan yang diperoleh dari tingkat pengetahuan dan pengertian terhadap fakta (tentang orang-orang, produk atau situasi). Kemudian Rhenald Kasali juga mendefinisikan citra sebagai kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi.
Menurut Philip Henslowe, citra adalah kesan yang diperoleh dari tingkat pengetahuan dan pengertian terhadap fakta (tentang orang-orang, produk atau situasi). Kemudian Rhenald Kasali juga mendefinisikan citra sebagai kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi.
Sedangkan
Frank Jefkins mengartikan citra sebagai kesan, gambaran atau impresi yang tepat
(sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) mengenai berbagai kebijakan,
personel, produk, atau jasa-jasa suatu organisasi atau perusahaan. Citra adalah
seperangkat ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan
tindakan seseorang terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh citra obyek
tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya (Ruslan). Suatu perusahaan harus
melakukan analisis citra (image analysis) dalam mengetahui sejauhmana peranan
PR dalam perusahaan tersebut. Analisis citra tersebut terdiri dari analisis
terhadap khalayak sasaran yang memerlukan penilaian (tanggapan), peserta/publik
tentang citra perusahaan, citra program, pelayanan jasa, penampilan pemberian pelayanan,
dan para pesaingnya. Power menyebutkan citra perusahaan adalah citra
keseluruhan dari kesatuan dari citra merek produk (product brand image), citra
merek perusahaan (corporate brand image) dan citra pemimpin perusahaan. Citra
dapat berbentuk positif dan negatif. Citra positif dapat terbentuk apabila
publik mendapatkan informasi yang baik mengenai suatu perusahaan dan begitu
sebaliknya untuk citra negatif.
Citra
perusahaan dipandang sebagai salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
efektivitas pemasaran. Oleh karena itu sangat layak kalau citra dipandang
sebagai salah satu aset terpenting yang dimiliki oleh perusahaan atau
organisasi.
Menurut
Zinkhan ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya perusahaan membangun dan
mengelola citra perusahaan yaitu :
·
dapat
merangsang penjualan
·
dapat
membangun nama baik perusahaan
·
membangun
identitas bagi karyawannya
·
mempengaruhi investor dan lembaga-lembaga keuangan
·
memajukan
hubungan baik dengan suatu komunitas, dengan pemerintah, dengan tokoh
masyarakat dan dengan para opinion leaders
·
mendapatkan posisi dalam persaingan.
Kurang proaktifnya Lion Air dalam
mengelola krisis tentu amat jauh berbeda dengan krisis AirAsia. Pada kasus
AirAsia, pengelolaan krisis langsung dikomandani sang boss besar, Tony
Fernandes. Bahkan, sang CEO Tony turut aktif men-tweet informasi terkini
melalui akun media sosial pribadinya. Termasuk, mengirim surat elektronik
pribadi ke seluruh penumpang. Tak mengherankan, jika publik pun banyak
berempati pada kasus jatuhnya pesawat AirAsia.
Dari kasus ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa Public relations memiliki peranan yang penting dalam suatu perusahaan atau
organisasi yang bertujuan untuk melakukan hubungan komunikasi tentang segala
informasi terkait dengan masyarakat. Dalam menjalankan perannya, keberadaan public
relation dapat dibedakan menjadi public relation yang efektif dan public relation yang tidak efektif atas penyampaian
informasi ke masyarakat. keefektifan suatu public relation dapat
dilihat dari kesamaan penerimaan pendengar terhadap tujuan penyampaian
informasi yang disampaikan, sebaliknya public relations yang tidak
efektif menyebabkan pandangan yang salah dari pendengar terhadap
informasi yang berasal dari perusahaan.
Ketidakefektifan public
relations dari Lion Air dalam kasus delay ini membawa dampak negatif bagi citra
perusahaan maupun bagi calon penumpang yang semakin merasa dirugikan. Segala
sesuatu hal memang penting untuk dibenarkan, namun tidak selamanya cara yang
dilakukan dapat dipandang baik oleh masyarakat umum. Penyampaian masalah yang
salah oleh pihak Lion Air telah membangun opini publik untuk mempersalahkan
pihak maskpai, walaupun dalam kenyataannya mereka tidak sepenuhnya salah. Public
relation yang efektif juga harus memiliki hubungan koordinasi yang baik dengan
semua pihak manajemen dalam organisasi sehingga segala sesuatu yang di
sampaikan ke masyarakat umum sudah diketahui dan dapat dipertanggungjawabkan
bersama.
Komentar
Posting Komentar